Kamis, 17 November 2011

Cara Reset Printer Canon MP145 & MP160 yang Error E27


Masalah Error pada Printer Komputer memang tidak bisa dihindari. Error-nya sebuah printer sebenarnya banyak penyebabnya, salah satunya tidak lain karena penggunaan yang mungkin saja tidak benar sehingga timbullah masalah seperti ini. nah khusus bagi rekan-rekan yang mempunyai printer dengan tipe Canon MP 145 & 160 yang bermasalah. Sedikit tips memperbaikinya dengan cara melakukan reset printer.

Sebelum melangkah ke cara memperbaiki, sebaiknya sobat kenali dulu error kode apa yang muncul pada printer. untuk jelasnya berikut kode-kode error yang sering muncul pada Printer Canon MP 145 & 160

E2-2 = tidak ada kertas (ASF)
E3-3 = Paper jam
E4 = tidak ada tinta/cartridge
E5-5 = ink cartridges tidak terpasang atau cartirdge yang terpasang salah (tidak compatibel)
E8 = absorber full, atau platen waste ink absorber full mita direset
E9 = hubungan ke digital camera / video camera tidak support
E14 = Ink cartridges whose destination are wrong
E15 = Ink cartridge tidak terpasang E16 - Ink remaining is unknown
E16 -E19 = masalah pada scan head alignment sheet
E22 = Carriage error
E23 = Paper feed error
E24 = Purge unit error (bagian pompa cleaning head)
E25 = ASF(cam) sensor error
E26 = Internal temperature rise error
E27 = ink absorber full or platen waste ink absorber full > reset dengan toolsnya
E28 = Ink cartridge temperature rise error -
E29 = EEPROM error
E33 = Paper feed position error
E35 15 = USB Host VBUD overcurrent error - USB
E37 17 = motor driver tidak normal
E40 20 = hardware lain error
E42 22 = Scanner error

Khusus untuk pesan Error E27, cara memperbaikinya yaitu
1. Matikan printer(pastikan kabel power masih terpasang), tekan dan tahan tombol STOP/RESET kemudian tekan dan tahan tombol ON/OFF dan lepas STOP/RESET,
kemudian tekan tombol STOP/RESET 2x
2. Lepaskan kedua tombol, sekarang printer dalam posisi SERVICE MODE (pada LCD printer muncul angka"0")
3. Setelah lampu on/off berwarna hijau, silahkan tekan tombol STOP/RESET sesuai dengan petunjuk berikut:
di tekan 1x = lampu Orange nyala >untuk Service pattern print
di tekan 2x = lampu Hijau nyala >untuk EEPROM print
di tekan 3x = lampu Orange nyala >untuk EEPROM reset
di tekan 4x = Lampu Hijau Nyala >untuk Waste ink counter reset
4. Matikan printer dan cabut kabel POWER.
5. Hidupkan kembali printer anda

Sumber : http://jakartahacker.forumid.net/t244-resetter-printer-canon-mp-145-160

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hidup secara Islami

Banyak pilihan terkait cara hidup. Dalam perspektif agama, bisa dibedakan antara cara hidup penganut hindu, budha, Kristen, Protestan, Kong Hucu, Islam dan lain-lain termasuk mereka yang atheis sekalipun. Masing-masing ajaran agama itu, didasarkan atas keyakinan, baik terkait dengan konsep ketuhanan, kepercayaan terhadap yang ghaib, makna kehidupan, termasuk kepercayaan terhadap hidup setelah mati. Antara pemeluk agama yang berbeda masing-masing memiliki cara hidup yang berbeda pula, oleh karena di antara mereka memiliki keyakinan masing-masing yang berbeda. Perbedaan itu terkait dalam banyak hal, misalnya konsep tentang tuhan, cara penyembahan, berbagai bentuk ritus, dan bahkan juga keyakinan seseorang setelah meninggal dunia. Tetapi di antara agama yang berbeda-beda itu, terdapat kesamaan, misalnya adanya tempat yang dianggap suci untuk penyembahan, pengorbanan, pernikahan, dan juga upacara-upacara setelah seseorang meninggal dunia. Tulisan singkat ini, ingin memberikan gambaran singkat tentang cara hidup secara Islam. Bahwa ajaran Islam tidak saja berisi petunjuk tentang kegiatan ritual, tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan. Islam memberikan petunjuk dalam melakukan kegiatan ritual, yang dalam pengertian sederhana disebut ibadah. Akan tetapi ibadah dalam Islam tidak hanya berbentuk ritual, melainkan terkait dengan semua kegiatan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, sementara ulama membedakan antara ibadah mahdhah dan ibadah ghoiru mahdhan. Pembagian tersebut sebenarnya tidak terlalu terkait dengan persoalan penting atau tidak penting, perlu didahulukan atau yang boleh dikemudiankan, utama atau kurang utama, melainkan sebatas kategorisasi untuk memudahkan dalam memahami ibadah dalam Islam. Ibadah mahgdhah misalnya sahadat, shalat, puasa, zakat, haji. Sedangkan yang disebut ghoiru mahdhah adalah semua kegiatan manusia yang terkait dengan kebaikan, misalnya mencari ilmu, menolong orang lain, mengasuh anak yatim, memberi santukan fakir miskin, memudahkan urusan orang dan seterusnya. Kedua jenis ibadah itu harus ditunaikan sebaik-baiknya. Tidak semestinya, kaum muslimin misalnya hanya memilih ibadah mahdhah dan mengabaikan ibadah ghairu mahdhah. Kedua-duanya harus dijalankan sebagai cara hidup Islam. Mengabaikan ibadah ghoiru mahdhah, misalnya tidak peduli terhadap anak yatim dan orang miskin, maka dipandang mendustakan agamanya. Shalat masuk kategori ibadah mahdhah, sekalipun dilakukan dengan khusuk dan tekun akan menjadi sia-sia, manakala mengabaikan orang yang menderita yang seharusnya ditolong. Demikian pula mencari ilmu, masuk kategori ibadah ghoiru mahdhah, akan tetapi jika dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh akan mengantarkan seseorang meraih kemuliaan. Itulah sebabnya, setiap menyebut kata iman, selalu dilanjutkan dengan kata amal shaleh. Iman tidak banyak memberi makna jika tidak membuahkan amal shaleh. Bahkan, amal sahaleh tidak akan bermakna jika tidak didasari oleh ilmu dan akhlakul karimah. Dengan demikian maka jika beberapa konsep itu disebutkan semua, maka Islam menyatukan antara ilmu, iman, amal shaleh dan berujung pada terbentuknya akhlakul karimah. Itulah sebabnya, nabi mengatakaninnama buistu liutammima makarimal akhlak. Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) diutius untuk menyempurnakan akhlak mulia. Dengan pemahaman seperti itu, maka Islam sebenarnya adalah suatu cara hidup yang khas, yang jelas berbeda dari cara hidup lainnya. Mungkin sebagian ajarannya terdapat kesamaan dengan agama lain, misalnya terkait dengan nilai-nilai, seperti nilai kejujuran, keadilan, kedamaian, kasih sayang, syukur, keikhlasan dan seterusnya adalah karena sifat universalitas ajaran Islam itu. Tetapi, di antara banyak cara hidup tersebut, terdapat perbedaan-perbedaan yang tidak bisa dipaksa-paksa untuk disamakan atau bahkan sekedar dianggap sama. Dalam perkembangannya yang semakin lama dan juga semakin meluas, Islam sendiri ternyata dipersepsi secara beda hingga menampakkan wajah yang berbeda-beda pula. Akan tetapi, sejauh apapun perbedaan itu, masih memiliki kesamaan. Kesamaan itu misalnya terkait dengan konsep ketuhanan, kenabian, kitab suci, kepercayaan terhadap yang ghaib, hari akhir dan juga cara-cara ibadah yang disebut mahdhah. Jika perbedaan itu terjadi, maka sifatnya tidak terlalu mendasar dan masih bisa disatukan kembali. Bahkan perbedaan itu sudah muncul sejak di zaman shahabat, dan bahkan tatkala Nabi Muhammad masih hidup. Para ulama’ dan atau cendekiawan Islam selalu berpandangan bahwa Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan. Islam memberikan tuntunan hidup mulai dari hal yang bersifat lahir hingga batin. Dalam Islam, apa saja dilaksanakan akan dinilai mulai dari niatnya. Motivasi atau niat menduduki posisi penting dalam semua tindakan manusia.Niat dalam semua tindakan harus benar, yaitu ikhlas karena Allah. Artinya, Islam tidak saja memberi tuntunan terhadap hal yang bersifat lahir, tetapi juga hal yang bersifat sangat pribadi, yaitu aspek batin. Selain itu, semua tindakan, baik yang bersifat mahdhah maupun yang ghoiru mahdhah, yang dilakukan oleh kaum muslimin harus dimulai dengan mengucap basmallah, dilakukan dengan sabar, ikhlas, ikhsan, istiqomah, tawakkal dan diakhiri dengan rasa syukur, dengan mengucapkan hamdallah. Semua itu menghasilkan apa yang disebut dengan amal shaleh, atau kerja yang terbaik, yang dimaksudkan sebagai ibadah atau pengabdian kepada Allah. Dalam Islam, semua kegiatan harus dimaknai sebagai ibadah, atau mengabdi pada Allah. Oleh karena itu, di antara semua manusia memiliki posisi yang sama. Tidak selayaknya seseorang mengabdi terhadap sesama manusia. Dalam komunitas apapun dan di mana pun, antara anak buah dengan atasan sekalipun, dalam hal bekerja, adalah selalu dipandang berposisi sama. Pembedaan hanya terkait dengan tanggung jawab dan jenis pekerjaan. Kualitas pekerjaan, dalam Islam bukan dinilai dari jenis dan posisinya, melainkan dari kesalehannya. Sebagai tukang sapu yang melakukan tugasnya dengan shaleh dan ikhlas, maka bisa jadi, justru lebih mulia dari pekerjaan seorang direktur yang tampak berwibawa namun tidak dilakukan secara shaleh dan tidak ikhlas. Siapapun yang bekerja secara benar, dalam arti berniat secara baik, yaitu diawali dengan mengucap basmallah, dilakukan secara ikhlas, sabar, istiqomah dan yang dilakukan dengan cara terbaik, diliputi oleh suasana bersyukur, maka akan dipandang terbaik menurut Islam. Sebaliknya Islam tidak membolehkan kepada siapapun melakukan kerusakan di muka bumi, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan. Islam selalu berorientasi pada keselamatan bagi semua. Demikian pula, Islam tidak membolehkan saling merugikan, menjatuhkan, dan menyakiti. Islam juga mengembangkan konsep Iakhsan, yaitu bahwa dalam menghadapi berbagai pilihan, maka harus selalu memilih yang terbaik. Semua itu dilakukan atas dasar keyakinan yang kokoh atau keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Prinsip-prinsip seperti itu seharusnya diwujudkan dalam semua kegiatan, baik yang terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan, berpolitik, ekonomi, sosial, berkomunikasi, pendidikan, hukum, dan semua hal lainnya. Dalam bidang ekonomi misalnya, prinsip-prinsip tersebut dijalankan ketika berdagang, bertani, berindustri, dan semua bidang kegiatan lainnya. Islam juga memberikan tuntunan dalam melakukan kegiatan ritual, seperti mengucapkan dua kalimah syahadat, shalat, pauasa di bulan Ramadhan, zakat dan haji. Itu semua adalah cara hidup menurut pandangan Islam yang harus dijalankan sepanjang waktu dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, Islam adalah sebuah cara hidup atau lebih tepat disebut sebagai budaya Islam. Budaya itu dibangun atas petunjuk dua sumber pokok, yaitu al Qur’an dan hadits nabi. Akhirnya, manakala budaya Islam itu dipelihara dan dijalankan dengan baik, tepat, dan sempurna, maka siapapun akan mendapatkan keselamatan, baik di dunia maupun di akherat. Wallahu a’lam.