Kamis, 17 November 2011

4 Rahasia Menjadi Orang Kaya


http://indra-purbo.web.id/wordpress/wp-content/uploads/2009/12/richie-rich.jpg
Keterampilan mengelola uang akan menentukan apakah seseorang sukses secara finansial dan menjadi kaya karenanya atau tidak. Meski begitu, keterampilan ini sangat bisa dipelajari dan membutuhkan konsistensi.

Valentino Dinsi, SE, MM, MBA, pendiri MuslimCOACH menyebutkan, hanya satu persen orang di dunia yang mengontrol 50 persen uang yang beredar, dan lima persen orang di dunia yang menguasai 90 persen uang beredar. Ini sama artinya dengan semakin banyak orang yang memperebutkan sedikit uang.

Lantas bagaimana sebagian kecil orang di dunia mengelola uangnya dan sukses finansial serta menjadi kaya karenanya?

1. Jangan bergantung pada satu sumber penghasilan
Menjadi kaya sama dengan bekerja lebih giat dan menarik uang lebih banyak. Bergantung pada satu sumber penghasilan takkan cukup menambah pendapatan. Jadi, caranya menjadi kaya adalah dengan mencari sumber pendapatan kedua atau ketiga. Anda bisa mencari tambahan penghasilan dengan keterampilan atau hobi yang dimiliki dan bisa dikerjakan dari rumah. Seperti menjadi penulis buku freelance dan mengerjakannya sepulang kantor. Atau keahlian lain yang berbeda dari pekerjaan Anda saat ini.

2. Akumulasi aset
Semakin banyak aset Anda, semakin besar nilai kekayaan Anda. Mulailah berinvestasi. Membeli tanah, bisnis franchise yang memudahkan dan laris di pasaran, atau bentuk investasi lain. Tentu saja Anda perlu menambah pengetahuan seputar investasi termasuk risikonya. Dengan mempelajari jenis dan risiko investasi, Anda bisa mendapatkan penghasilan tambahan sekaligus mengakumulasi aset Anda.

3. Terapkan teori "compounding"
Seperti dikutip www.dowtheoryletters.com dalam buku Irwin Shaw bertajuk Rich Man, Poor Man disebutkan, compounding menjadi aturan pertama untuk menghasilkan uang dan menjadi jalan menuju kaya. Jalan ini mengandung makna, Anda harus gigih dalam berupaya menghasilkan uang. Anda juga memerlukan kecerdasan untuk tetap menjalani pekerjaan (yang menghasilkan uang tersebut). Artinya Anda perlu memahami betul apa yang Anda lakukan dan mengapa Anda melakukan pekerjaan tersebut. Selain itu compounding juga bermakna Anda perlu memiliki pengetahuan matematika untuk dapat memperhitungkan penghasilan yang Anda miliki dan mengelolanya dengan tepat. Selain itu, sukses finansial membutuhkan waktu, dan bukan sukses instan yang hanya bertahan sementara.

4. Menjalani empat profesi ini
Valentino menyebutkan empat profesi orang terkaya di dunia adalah:
* Entrepreneur
* Pialang saham
* CEO/ Direktur Utama sebuah perusahaan.
* Staf penjualan door to door yang dibayar berdasarkan komisi hasil penjualan.

Jika disimak, daftar 10 orang terkaya di Indonesia menurut majalah Forbes (versi September 2008) adalah pengusaha. Sebut saja lima besarnya seperti Aburizal Bakrie dan keluarga (5,4 miliar dollar AS), Sukanto Tanoto dan keluarga mengelola Garuda Mas (4,7 miliar dollar AS), R. Budi Hartono (3,14 miliar dollar AS), Budi Hartono dan Michael Hartono, dua saudara kandung yang memiliki saham di perusahaan rokok Djarum dan BCA (3,08 miliar dollar AS), Eka Tjipta Widjaja dan keluarga pemilik Sinar Mas Group (2,8 miliar dollar AS), dan sederet penguasaha kaya lainnya.

sumber: kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hidup secara Islami

Banyak pilihan terkait cara hidup. Dalam perspektif agama, bisa dibedakan antara cara hidup penganut hindu, budha, Kristen, Protestan, Kong Hucu, Islam dan lain-lain termasuk mereka yang atheis sekalipun. Masing-masing ajaran agama itu, didasarkan atas keyakinan, baik terkait dengan konsep ketuhanan, kepercayaan terhadap yang ghaib, makna kehidupan, termasuk kepercayaan terhadap hidup setelah mati. Antara pemeluk agama yang berbeda masing-masing memiliki cara hidup yang berbeda pula, oleh karena di antara mereka memiliki keyakinan masing-masing yang berbeda. Perbedaan itu terkait dalam banyak hal, misalnya konsep tentang tuhan, cara penyembahan, berbagai bentuk ritus, dan bahkan juga keyakinan seseorang setelah meninggal dunia. Tetapi di antara agama yang berbeda-beda itu, terdapat kesamaan, misalnya adanya tempat yang dianggap suci untuk penyembahan, pengorbanan, pernikahan, dan juga upacara-upacara setelah seseorang meninggal dunia. Tulisan singkat ini, ingin memberikan gambaran singkat tentang cara hidup secara Islam. Bahwa ajaran Islam tidak saja berisi petunjuk tentang kegiatan ritual, tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan. Islam memberikan petunjuk dalam melakukan kegiatan ritual, yang dalam pengertian sederhana disebut ibadah. Akan tetapi ibadah dalam Islam tidak hanya berbentuk ritual, melainkan terkait dengan semua kegiatan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, sementara ulama membedakan antara ibadah mahdhah dan ibadah ghoiru mahdhan. Pembagian tersebut sebenarnya tidak terlalu terkait dengan persoalan penting atau tidak penting, perlu didahulukan atau yang boleh dikemudiankan, utama atau kurang utama, melainkan sebatas kategorisasi untuk memudahkan dalam memahami ibadah dalam Islam. Ibadah mahgdhah misalnya sahadat, shalat, puasa, zakat, haji. Sedangkan yang disebut ghoiru mahdhah adalah semua kegiatan manusia yang terkait dengan kebaikan, misalnya mencari ilmu, menolong orang lain, mengasuh anak yatim, memberi santukan fakir miskin, memudahkan urusan orang dan seterusnya. Kedua jenis ibadah itu harus ditunaikan sebaik-baiknya. Tidak semestinya, kaum muslimin misalnya hanya memilih ibadah mahdhah dan mengabaikan ibadah ghairu mahdhah. Kedua-duanya harus dijalankan sebagai cara hidup Islam. Mengabaikan ibadah ghoiru mahdhah, misalnya tidak peduli terhadap anak yatim dan orang miskin, maka dipandang mendustakan agamanya. Shalat masuk kategori ibadah mahdhah, sekalipun dilakukan dengan khusuk dan tekun akan menjadi sia-sia, manakala mengabaikan orang yang menderita yang seharusnya ditolong. Demikian pula mencari ilmu, masuk kategori ibadah ghoiru mahdhah, akan tetapi jika dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh akan mengantarkan seseorang meraih kemuliaan. Itulah sebabnya, setiap menyebut kata iman, selalu dilanjutkan dengan kata amal shaleh. Iman tidak banyak memberi makna jika tidak membuahkan amal shaleh. Bahkan, amal sahaleh tidak akan bermakna jika tidak didasari oleh ilmu dan akhlakul karimah. Dengan demikian maka jika beberapa konsep itu disebutkan semua, maka Islam menyatukan antara ilmu, iman, amal shaleh dan berujung pada terbentuknya akhlakul karimah. Itulah sebabnya, nabi mengatakaninnama buistu liutammima makarimal akhlak. Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) diutius untuk menyempurnakan akhlak mulia. Dengan pemahaman seperti itu, maka Islam sebenarnya adalah suatu cara hidup yang khas, yang jelas berbeda dari cara hidup lainnya. Mungkin sebagian ajarannya terdapat kesamaan dengan agama lain, misalnya terkait dengan nilai-nilai, seperti nilai kejujuran, keadilan, kedamaian, kasih sayang, syukur, keikhlasan dan seterusnya adalah karena sifat universalitas ajaran Islam itu. Tetapi, di antara banyak cara hidup tersebut, terdapat perbedaan-perbedaan yang tidak bisa dipaksa-paksa untuk disamakan atau bahkan sekedar dianggap sama. Dalam perkembangannya yang semakin lama dan juga semakin meluas, Islam sendiri ternyata dipersepsi secara beda hingga menampakkan wajah yang berbeda-beda pula. Akan tetapi, sejauh apapun perbedaan itu, masih memiliki kesamaan. Kesamaan itu misalnya terkait dengan konsep ketuhanan, kenabian, kitab suci, kepercayaan terhadap yang ghaib, hari akhir dan juga cara-cara ibadah yang disebut mahdhah. Jika perbedaan itu terjadi, maka sifatnya tidak terlalu mendasar dan masih bisa disatukan kembali. Bahkan perbedaan itu sudah muncul sejak di zaman shahabat, dan bahkan tatkala Nabi Muhammad masih hidup. Para ulama’ dan atau cendekiawan Islam selalu berpandangan bahwa Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan. Islam memberikan tuntunan hidup mulai dari hal yang bersifat lahir hingga batin. Dalam Islam, apa saja dilaksanakan akan dinilai mulai dari niatnya. Motivasi atau niat menduduki posisi penting dalam semua tindakan manusia.Niat dalam semua tindakan harus benar, yaitu ikhlas karena Allah. Artinya, Islam tidak saja memberi tuntunan terhadap hal yang bersifat lahir, tetapi juga hal yang bersifat sangat pribadi, yaitu aspek batin. Selain itu, semua tindakan, baik yang bersifat mahdhah maupun yang ghoiru mahdhah, yang dilakukan oleh kaum muslimin harus dimulai dengan mengucap basmallah, dilakukan dengan sabar, ikhlas, ikhsan, istiqomah, tawakkal dan diakhiri dengan rasa syukur, dengan mengucapkan hamdallah. Semua itu menghasilkan apa yang disebut dengan amal shaleh, atau kerja yang terbaik, yang dimaksudkan sebagai ibadah atau pengabdian kepada Allah. Dalam Islam, semua kegiatan harus dimaknai sebagai ibadah, atau mengabdi pada Allah. Oleh karena itu, di antara semua manusia memiliki posisi yang sama. Tidak selayaknya seseorang mengabdi terhadap sesama manusia. Dalam komunitas apapun dan di mana pun, antara anak buah dengan atasan sekalipun, dalam hal bekerja, adalah selalu dipandang berposisi sama. Pembedaan hanya terkait dengan tanggung jawab dan jenis pekerjaan. Kualitas pekerjaan, dalam Islam bukan dinilai dari jenis dan posisinya, melainkan dari kesalehannya. Sebagai tukang sapu yang melakukan tugasnya dengan shaleh dan ikhlas, maka bisa jadi, justru lebih mulia dari pekerjaan seorang direktur yang tampak berwibawa namun tidak dilakukan secara shaleh dan tidak ikhlas. Siapapun yang bekerja secara benar, dalam arti berniat secara baik, yaitu diawali dengan mengucap basmallah, dilakukan secara ikhlas, sabar, istiqomah dan yang dilakukan dengan cara terbaik, diliputi oleh suasana bersyukur, maka akan dipandang terbaik menurut Islam. Sebaliknya Islam tidak membolehkan kepada siapapun melakukan kerusakan di muka bumi, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan. Islam selalu berorientasi pada keselamatan bagi semua. Demikian pula, Islam tidak membolehkan saling merugikan, menjatuhkan, dan menyakiti. Islam juga mengembangkan konsep Iakhsan, yaitu bahwa dalam menghadapi berbagai pilihan, maka harus selalu memilih yang terbaik. Semua itu dilakukan atas dasar keyakinan yang kokoh atau keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Prinsip-prinsip seperti itu seharusnya diwujudkan dalam semua kegiatan, baik yang terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan, berpolitik, ekonomi, sosial, berkomunikasi, pendidikan, hukum, dan semua hal lainnya. Dalam bidang ekonomi misalnya, prinsip-prinsip tersebut dijalankan ketika berdagang, bertani, berindustri, dan semua bidang kegiatan lainnya. Islam juga memberikan tuntunan dalam melakukan kegiatan ritual, seperti mengucapkan dua kalimah syahadat, shalat, pauasa di bulan Ramadhan, zakat dan haji. Itu semua adalah cara hidup menurut pandangan Islam yang harus dijalankan sepanjang waktu dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, Islam adalah sebuah cara hidup atau lebih tepat disebut sebagai budaya Islam. Budaya itu dibangun atas petunjuk dua sumber pokok, yaitu al Qur’an dan hadits nabi. Akhirnya, manakala budaya Islam itu dipelihara dan dijalankan dengan baik, tepat, dan sempurna, maka siapapun akan mendapatkan keselamatan, baik di dunia maupun di akherat. Wallahu a’lam.